Selasa, 13 September 2016

Idul Adha Usai, Aroma Sate Pun Menguar Di Sepanjang Jalan

Di Indonesia setiap tahunnya momen Idul Adha bukan saja peringatan religius, tapi juga meriah dengan perayaan kuliner yang lestari turun menurun.

Idul Adha atau Hari Raya Qurban diperingati setiap tahun oleh umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, Idul Adha dirayakan dengan berkumpul di pagi hari, lalu melakukan salat ied bersama di masjid atau tanah lapang.

Namun ada hal lain yang menarik. Seusai salat ied, di setiap tanah lapang, orang berduyun-duyun datang menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban. Setelah dibagi rata, daging kurban pun di bagikan kepada yang berhak dan membutuhkan.

Tak berselang lama, hampir di sepanjang jalan di pemukiman penduduk yang padat, warga menggelar acara "nyate bersama". Tua sampai muda semua berkumpul, bergantian mengipasi daging kurban berbumbu bawang dan kecap yang dibakar di nikmati bersama.

Asap pekat dan aroma daging yang khas menguar ke setiap sudut jalan, bercampur dengan hiruk pikuk obrolan hangat kerabat. Meski paling populer, masakan Idul Adha sebetulnya bukan hanya sate. Ada tongseng, gulai, kari, semur, hingga sop.

Pengaruh Timur Tengah

Konon, tradisi kuliner Idul Adha di Indonesia, terutama Jawa, di pengaruhi oleh budaya Timur Tengah. Lidah pribumi yang awalnya asing dengan cita rasa daging domba dan kambing pun mulai terbiasa, terutama disajikan dalam bentuk sate. Mungkin lantaran bumbu untuk meracik sate cenderung lebih simple dibanding kari, gulai, dan olahan lainnya.

Seiring waktu, masyarakat pribumi mulai mencampurkan rempah atau bumbu khas Indonesia ke dalam masakan daging, seperti gula merah, keluak, kapulaga jawa, pala, cengkih, santan, dan kecap. Jadilah cita rasa olahan daging ala Indonesia yang tak kalah lezatnya dibanding ala Timur Tengah.

Maka muncullah rebeg yang terbuat dari jeroan kambing dengan cita rasa yang gurih di Banten, antara lain tongseng, rawon, dan semur yang bercita rasa gurih manis di Jawa Tengah yaitu empal gentong berupa olahan daging berkuah yang dimasak menggunakan kayu bakar dari pohon mangga dan ditaruh dalam gentong tanah liat di Cirebon dan lain sebagainnya.

24 Jenis Rempah

Di luar daerah Jawa, tradisi kuliner Idul Adha pun berlangsung sama meriahnya. Di Sumatra Barat, olahan daging kambing dibuat menjadi cincang kambing dengan bumbu merah yang kental dan beraoroma kari.

Di Aceh, beberapa hari sebelum Idul Adha dilakukan tradisi Meugang. Saat itu semua penjual daging akan menjajakan dagangan terbaiknya tidak hanya di pasar, melainkan hingga ke jalan-jalan kota yang ramai dilalui orang. Warga, terutama kaum lelaki, mengantre daging usai salat Subuh. Daging kemudian diolah menjadi kari kambing untuk dinikmati bersama keluarga tercinta saat Idul Adha. Uniknya, untuk menhasilkan cita rasa kari kambing khas Aceh yang sempurna, warga menambahkan 24 jenis rempah ke dalam masakan. Warbyasa!

Sedangkan di Gorontalo, Sulawesi Utara, dikenal menu kambing bakar balanga yang disajikam bersama nasi kebuli. Disebut balanga karena dibuat dalam balanga atau wadah yang terbuat dari tanah liat atau besi.

Ya, beberapa daerah tadi hanyalah sebagian kecil dari potret keberagaman "pesta" kuliner Idul Adha di Indonesia. Di pelosok Nusantara lainnya, Pasti masih banyak lagi. Dan semua kekayaan kuliner khas Idul Adha di Indonesia ini tetap lestari, turun menurun dari generasi ke generasi hingga kini.


EmoticonEmoticon