Sabtu, 27 Agustus 2016

Sakit? Boleh Puasa, Asal...

Selain berpahala, ibadah puasa ternyata juga bisa menyehatkan. Bagaimana jika dalam kondisi sakit? memang ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan berpuasa, namun ada juga yang diperbolehkan, Yuk, ketahui langkah-langkahnya agar kondisi badan tetap fit selama berpuasa.

Secara medis, memang ada beberapa kondisi sakit yang sebaiknya tidak berpuasa. Misal, seseorang dengan diabetes yang gula darahnya terkontrol buruk, memiliki komplikasi berat atau serius, serta menjalani multiple injeksi insulin dosis besar.

Kenapa tidak boleh? Pasalnya, bila memaksakan diri, risiko komplikasi yang lebih serius akan mengancam, Misal, mengalami hipoglikemi lantaran gula darah merosot tajam selama tak makan karena berpuasa. Apalagi pada seseorang dengan diabetes yang memiliki komplikasi ginjal, menjalani puasa juga bisa menyebabkan dehidrasi. Ujung-ujungnya terjadi kelainan ginjal yang lebih serius.


Selain diabetes, gangguan kesehatan lainnya yang tidak diperbolehkan puasa diantaranya radang tenggorokan berat, migrain atau vertigo, asam akut, jantung, penyakit kronis, maag disertai muntah dan nyeri hebat, kanker, kronis hati lanjut, gagal ginjal kronis, pasien cuci darah. Jika seseorang dengan kondisi seperti itu memaksakan diri berpuasa, tentu berdampak buruk bagi kondisi sakitnya dan masa penyembuhannya jadi terhambat.


Nah, pada beberapa kondisi sakit, terutama yang disebabkan oleh virus masih dapat atau diperbolehkan berpuasa. Pasalnya, penyakit yang diakibatkan virus umumnya dapat sembuh dengan sendirinya seiring daya tahan tubuh meningkat. Di sisi lain, berpuasa juga sebetulnya memiliki manfaat kesehatan, sehingga jutru dengan berpuasa orang yang sakit ini dapat lebih cepat sembuh.

Bagaimana dengan penyakit lain yang bukan dikarenakan virus dan tidak tergolong ringan? Kataknlah misalnya mag, hipertensi, bahkan jantung. Nah, secara medis, pada kondisi tertentu, orang dengan penyakit tertentu ternyata tetap dapat berpuasa, asal diketahui kuncinya, yaitu mengatur menu atau asupan makanannya.

1. Mag

Seseorang dengan penyakit maag (dyspepsia) bila berpuasa sebernarnya bisa mengalami peningkatan asam lambung sehingga menimbulkan gejala mag. Akan tetapi kondisi itu umumnya terjadi pada tujuh hari pertama berpuasa.

Kondisi peningkatan asam lambung tersebut dapat ditangani bila yang bersangkutan memilih makanan yang tepat ketika sahur maupun berbuka. Secara konkret, untuk orang dengan sakit mag sebaiknya menghindari menu berlemak, asam, pedas, minuman bersoda atau kopi.

2. Diabetes

Seseorang yang mengalami diabetes dalam kondisi terkontrol atau berisiko ringan dapat berpuasa. yaitu, seseorang yang gula darahnya terkontrol baik, tak mengalami komplikasi, serta tak mengkonsumsi obat-obatan berisiko menimbulkan penurunan kadar glukosa dalam darah.

Terpenting selama berpuasa untuk penderita diabetes adalah tetap kontrol kadar gula lebih sering dari biasanya. Misalnya, periksa gula darah sebelum berbuka, sebelum tidur atau sebelum sahur.

Image by liputan6.com

Kemudian, sebaiknya sahur dilakukan mendekati imsak. Jaga asupan makanan, misalnya pada berbuka dan sahur perbanyak mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Makanlah dalam jumlah kecil. Hindari makanan atau minuman terlalu manis, banyak lemak, santan atau berkafein. Kenapa? Karena hidangan yang manis menyebkan gula darah naik dengan cepat.

Sebaiknya batalkan puasa bila diketahui gula darah naik menjadi 300 mg/dl atau lebih. Yang jelas, bila penderita dapat mengelola diabetes dengan baik dan teratur, ia dapat berpuasa secara normal.

3. Hipertensi

Bagaimana dengan seseorang dengan hipertensi? Tak sedikit yang merasa ragu untuk berpuasa. Akan tetapi, sejauh hipertensi itu tidak kronis, penderita bisa berpuasa secara aman. Syaratnya, pastikan tekanan darah terkontrol baik dan minum obat secara teratur pada saat sahur dan berbuka. Selain itu, upayakan untuk tak banyak menyatap makanan yang mengandung garam dan lemak.

Jadi, walaupun seseorang sedang mengalami sakit, bahkan gangguan kesehatan yang sebenarnya cukup berisiko, akan tetapi ia tetap dapat berpuasa sejauh penyakitnya terkontrol baik. Lantaran itu, pastikan untuk selalu melakukan kontrol teratur dengan dokter.

Sesungguhnya, puasa itu merupakan anjuran agama yang sangat bermanfaat terutama bagi kesehatan jasmani dan rohani. Puasa dapat mencegah penyakit yang muncul akibat pola makan yang berlebihan seperti obesitas, seperti penyakit degeneratif (kolesterol, trigliserid yang tinggi, jantung koroner, dan sebagainya.

Riset The Ramadan fasting decreased body fat but not protein mass in healthy individuals yang dilakukan RUSPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013 di saat bula ramadan membuktikan, selama berpuasa terjadi penurunan berat badan dan perubahan komposisi tubuh. Begitu pula pada rassio pinggang dan pinggul terjadi penurunan.

Penelitian itu juga menyebutkan, asupan kalori tak berubah pada hari pertama dan hari terakhir puasa. Akan tetapi, aktivitas yyang berhubungan dengan ibadah menjadi meningkat. Misal, jumlah salat sunat dan salat. Tarawah jadi meningkat. Buktinya, selama Ramadan terjadi peningkatan pengeluaran energi.

Disebutkan pula, terjadi penurunan lemak tubuh meski asupan makanan tetap sama. Selama puasa, asupan makanan sebenarnya bisa mengurangi dan tentu ini akan berdampak baik untuk kesehatan.

Riset lain menunjukkan, berpuasa dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Seperti dikatakan hasil riset Intermountain Health Care, Salt Lake City,  Amerika Serikat . Hasilnya, mereka yang berpuasa berisiko 58 persen lebih rendah terkena penyumbatan pembuluh darah jantung. Sekitar 75 persen terjadi kemungkinan penyempitan pembuluh darah pada orang tak pernah puasa. Bahkan, sekitar 63% dari orang yang tidak pernah puasa tersebut, terkena penyumbatan arteri yang diakibatkan oleh banyaknya frekuensi makan.

Riset American College of Cardiology menyebutkan, puasa juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengurangi konsumsi kalori dan membuat konsumsi oksigen menurun akibat laju metabolisme ikut menurun. Inilah yang mengakibatkan suhu tubuh orang yang sedang berpuasa juga menurun sehingga mengurangi produksi radikal bebas yang normalnya memang hanya sedikit terbentuk dalam tubuh. Pengurangan kalori dalam puasa juga meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat mengontrol kadar gula darah. ini akan mengurangi risiko diabetes melitus pada orang sehat.


EmoticonEmoticon